Sabtu, 15 Maret 2014

Kenali Tiga Masalah Gizi Buruk pada Anak

TEMPO.CO, Jakarta - Meski pertumbuhan ekonomi dan aspek lainnya di Indonesia terus meningkat, nyatanya, masalah gizi buruk masih menjadi momok yang menghantui jutaan anak Indonesia. Pada bulan Juli 2013, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat lebih dari 8 juta anak Indonesia mengaami kekurangan gizi.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, gizi buruk pada anak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menyampaikan, masalah gizi pada anak meliputi kekurangan vitamin A dan kurang iodium, stunting, serta kelebihan gizi.
Kurangnya vitamin A dan iodium merupakan masalah gizi buruk yang paling umum. Penderita gizi buruk kategori tersebut paling jelas terlihat. Tubuh yang relatif kurus menjadi cirinya. Sementara itu, stunting (anak pendek) adalah kegagalan dalam mencapai berat pertumbuhan optimal yang diukur dengan menghitung tinggi badan sesuai umur.
Masalah gizi yang terakhir adalah kelebihan gizi. Hal inilah yang sering kali diabaikan. Kelebihan gizi cenderung membuat anak menjadi gemuk. Dan, stigma gemuk yang berkembang di masyarakat menandakan anak tersebut sehat.
Pada kenyataannya, kegemukan dapat memincu penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan jantung, pada usia yang lebih muda. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 9,2 persen anak Indonesia mengalami obesitas. Ini terjadi karena asupan makanan yang tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
Untuk menangani masalah gizi buruk, Kementerian Kesehatan sudah mengambil beberapa langkah untuk menanganinya. Pada Peringatan Hari Gizi Nasional 2014 di Jakarta pada Rabu, 22 Januari 2014 kemarin, dr. Anung menyampaikan, langkah-langkah tersebut di antaranya, pemberian vitamin A bagi setiap anak, penyuluhan pemberian makanan tambahan, promosi pemberian ASI eksklusif, penggunaan garam beryodium, pemberian makanan pengganti ASI, serta pemulihan pada balita gizi kurang dan perawatan pada balita gizi buruk.
ANINGTIAS JATMIKA | DEPKES.GO.ID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar